TEKNIK
WAWANCARA JURNALISTIK
1. Sejarah Singkat Wawancara
Kunci wawancara yang baik
“memungkinkan sumber berita mengatakan apa yang sebenarnya dipikirkannya, bukan
memikirkan apa yang hendak dikatakannya” (Mike Fancher, wartawan Seattle
Times dalam Kusumaningrat, 2005: 189).
Perlu Anda pahami, wawancara merupakan salah satu dari empat teknik pengumpulan
informasi, yakni observasi langsung dan tidak langsung; pencarian melalui
catatan publik dan partisipasi dalam peristiwa.
Teknik wawancara dikenal pada abad
ke-19, ketika pertama kalinya sebuah wawancara disajikan sebagai suatu
karya jurnalistik oleh James Gordon Bannet pada 1836. Namun semua koran di
London mencemoohkannya, karena dinilai cuma bualan yang merendahjkan praktik
jurnalistik. Di Amerika Serikat, pada 1700-an, awal tumbuhnya persuratkabaran,
wartawan negara itu belum menjadikan wawancara sebagai faktor penting
praktik jurnalistik. Presiden Lincoln yang terkenal itu sering bercakap-cakap
dengan wartawan, namun tidak pernah wartawan tersebut mengutip percakapan
mereka. Charles Nordhhoff, Redaktur Pelaksana The Evening Post, New York
menulis percakapannya dengan Presiden Andrew Johnson, namun tulisannya itu
tidak pernah dimuat oleh pemimpin redaksinya.
Baru pada abad ke-20, praktik
wawancara diakui dan mencapai puncaknya. James Reston, Bob Woodward dan Carl
Bernstein menelurkan karya jurnalistik yang hebat berdasarkan wawancara mereka.
Era interview journalism berlanjut sampai sekarang bahkan wawancara
dianggap sebagai tulang punggung pekerjaan jurnalistik serta kemampuan dan
keterampilan yang mutlak dimiliki wartawan.
2. Persiapan Wawancara
Pada dasarnya, di dalam suatu
wawancara, pasti ada yang mewawancarai dan yang diwawancarai. Jadi, pasti ada
pertanyaan dan ada pula jawaban. Persiapan wawancara sangat bergantung pada
bentuk tulisan atau acara_jika medianya elektronik_ yang diinginkan, atau pada
penugasan redaktur Anda. Contoh, Anda ditugaskan untuk meliput peristiwa
peledakan Bom Bali Kedua pada 2005. Apakah wawancara yang Anda lakukan
tentang peristiwa tersebut bertujuan untuk:
1. menggali lebih jauh (digging
the news) dan hasil penggalian itu ditulis sebagai berita keras (hard
news)?
2. atau sebagai cerita
pelengkap (sidebar atau singleout)?
Untuk keperluan tujuan wawancara
yang pertama, Anda tentu menggali hal-hal yang mengungkap latar belakang
peristiwa dan akibat yang ditimbulkan. Caranya dengan mewawancarai pihak
kepolisian serta satpam di sekitarnya dan beberapa saksi mata. Dalam hal ini
tidak lupa juga meminta tanggapan sumber berita yang memiliki keahlian untuk
mengurai teknologi bahan peledak yang digunakan.
Membaca kliping berita tentang
peristiwa serupa dapat memberikan inspirasi untuk menyusun pertanyaan.
Demikian pula dengan membaca ensiklopedia untuk mencari tahu arti istilah TNT (trinitrotuluene),
sebelum melakukan wawancara untuk minta keterangan dari ahli bom dan pakar
laboratorium forensik Polri yang menganalisis peristiwa serupa selama ini.
Untuk keperluan tujuan wawancara
yang kedua, penggalian berita lebih ditujukan pada hal-hal yang sifatnya
memiliki unsur human interest guna menggugah empati pembaca, seperti
latar belakang korban, kisah anak yang ditinggalkan ibu yang menjadi korban,
dan sebagainya.
Kesalahan yang paling umum dijumpai
pada banyak wartawan, aplaagi wartawanpemulaadalah kurangnya persiapan sebelum
melakukan wawancara. Akibatnya, ketika terjun kelapangan untuk menemui sumber
berita, wartawan tersebut sering kurang memiliki kedalaman dalam menyusun
pertanyaan atau mengajukan pertanyaan yang seharusnya tidak perlu, karena
bentuk pertanyaannya terlalu standar, sehingga membuang waktu yang berharga
bagi kedua belah pihak.
Kurangnya persiapan membuat Anda
kurang menguasai persoalan dan kurang pula penghargaan yang diperoleh dari sumber
berita. Jika ini yang terjadi, maka Anda menghadapi sebuah awal kerja yang
tidak menguntungkan.
Mempersiapkan diri sebelum wawancara
mutlak hukumnya, bahkan untuk pergi ke sebuah acara pun. Anda harus
memperhitungkan:
1. Siapa saja yang
hadir?
2. Adakah mereka bisa
menjawab hal-hal yang ingin diketahui?
3. Jika tokoh “Si Polan”
hadir, apa yang bisa ditanyakan kepadanya?
Untuk berita harian dan mingguan,
Anda harus membiasakan diri untuk mengetahui topik yang sedang hangat di tengah
masyarakat. Topik yang sedang hangat ini dikenal dengan istilah “quote of
the day”. Untuk mengetahuinya, Anda harus mengikuti trend berita setiap
hari, dan membiasakan diri membaca koran, majalah, dan buku-buku yang
berhubungan dengan topik hangat tersebut. Dengan begitu, Anda memperoleh bahan
wawancara yang sangat besar, khususnya untuk feature yang memprofilkan
seseorang.
Anda harus ingat,
wartawan bukan saja mewakili media tempat Anda bekerja, tapi juga menjadi wali
bagi pembaca di setiap peristiwa. Oleh karena itu, berita yang Anda tulis harus
dapat membuat pembaca seakan-akan berada di tempat kejadian, begitu juga dalam feature
profil hasil wawancara, yang membuat pembaca seakan-akan berhadapan sendiri
dengan tokoh yang diprofilkan, karena penulisan tentang faktanya hidup dan
rinci.
Di samping itu, Anda juga harus tahu
bahwa banyak persoalan yang bertalian dengan profesi, birokrasi dan berbagai
persaingan yang menuntut pemikiran dan pengambilan keputusan dengan cepat,
tepat, terarah dan bermanfaat. Sehubungan dengan itu, masyarakat cenderung
memilih informasi yang dapat membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi
mereka. Karenanya, media yang spesifik diminati sepanjang dapat memenuhi
kebutuhan mereka.
Kebutuhan yang dimaksud berkisar
pada: kebutuhan untuk mengikuti perkembangan aktual dalam lingkup lokal,
nasional maupun internasional; menurunkan ketegangan, mengatasi rasa
kesendirian, mempelajari sesuatu atau mengisi waktu; kebutuhan memperoleh
informasi mutakhir sebagai bahan pembicaraan dalam pergaulan sehari-hari,
perencanaan aktivitas dan pengembangan pemikiran.
3. Jenis Wawancara
3. 1 Menurut Caranya
3. 1. 1 Cara Wawancara Tatap Muka
Wawancara ini dilakukan dengan cara
berhadap-hadapan yang memungkinkan penggalian informasi lebih dalam dan luas,
karena sebelumnya dilakukan perjanjian dengan sumber berita, topik dan fokusnya
sudah dirancang, bahkan kesempatannya pun lebih khusus, baik tempat maupun
waktu yang disediakan.
3. 1. 2 Cara Wawancara Melalui
Telepon
Ini dilakukan untuk mengkonfirmasi
dan mengejar deadline. Percakapannya sangat singkat dan umumnya sumber
berita sering menolak untuk menjelaskan setiap pertanyaan secara panjang lebar,
kecuali sumber berita sudah akrab dan biasa menjadi sumber berita si
pewawancara.
Dibandingkan dengan wawancara tatap
muka, wawancara telepon lebih terbatas, pewawancara tidak bisa melihat langsung
mimik lawan bicara, padahal mimik dapat menyiratkan bahasa tbuh seseorang
tentang kebenaran yang diucapkannya.
3. 1. 3 Cara Wawancara Kelompok
Wawancara ini dilakukan lebih dari
satu orang sumber berita dalam satu kesempatan. Kesempatan seperti ini biasanya
muncul ketika terjadi peristiwa bencana alam atau kriminalitas, namun bisa juga
untuk keperluan menulis feature keluarga yang berhasil
3. 2 Menurut Tujuannya
3. 2. 1 Tujuan Berita Kutipan (Quote
Story/ Talking News)
Berita kutipan adalah berita yang
berisi pernyataan-pernyataan yang diucapkan seseorang atau beberapa orang
sumber berita yang bidang keahlian, pengetahuan, atau keadaan pribadinya
memberi makna pada pernyataan-pernyataannya.
3. 2. 2 Tujuan Berita Wawancara
Berita yang didasarkan pada
wawancara adalah berita yang faktanya dikumpulkan melalui proses wawancara.
Dalam hal ini wartawan bertanya dan sumber berita menjawab.
Perbedaan wawancara untuk berita kutipan dengan berita wawancara terletak pada
tekanan beritanya. Berita kutipan fakta-faktanya didapat dari hasil wawancara,
tetapi tekanannya bukan pada faktanya, tapi pada penilaian dan validitas sumber
berita,yaitu keahliannya.
4. Proses Wawancara
Jurnalisme modern mengenal 3 bentuk berita yang dihasilkan dari 3 macam
wawancara: (1) wawancara berita (news interview yang memberikan
keterangan ahli tentang masalah yang sedang hangat; (2) wawancara profil
pribadi (personality interview) yang memberikan kesempatan kepada sumber
berita yang diwawancarai untuk mengungkapkan kepribadiannya melalui
kata-katanya sendiri; (3) wawancara kelompok (symposium interview) yang
mengangkat pandangan atau sikap sejumlah responden, yang kadang-kadang dalam
jumlah yang besar, sebagai berita.
4. 1. Proses Wawancara Berita
Berita kutipan dengan ahli planologi
merupakan contoh hasil wawancara berita. Berikut adalah ciri utama wawancara
yang termasuk dalam kategori wawancara berita.
1.
Masalah yang menjadi pokok wawancaranya berasal dari topik yang sedang hanta
diberitakan.
2.
Sumber beritanya, narasumber yang diwawancarai memenuhi syarat untuk
menjelaskan atau memberikan penerangan bahwa fakta-fakta saja belum
mengungkapkan kejelasan. ia biasanya merupakan sumber berita yang akan
dipercaya oleh khalayak karena keahliannya, pendidikannya, posisinya, atau
statusnya.
3.
Hasil wawancara menambah pengetahuan atau pemahaman khalayak secara berarti
tentang sesuatu masalah. ia menjelaskan, meluaskan wawasan, menghilangkan
prasangka, memberikan pandangan dengan kegelisahan atau dengan optimisme. Ia
menawarkan pendalaman yang jarang dimiliki oleh berita faktual yang sederhana.
Pentingnya berita yang ditulis dari hasil wawancara, berita ini jelas. Di abad
internet seperti sekarang ini, tidak seorang pun memiliki cukup kemampuan
untuk mengevaluasi, memahami, atau bahkan mencerna sebagian besar
fakta-fakta yang terbentang di hadapannya. Hal inilah yang membuat timbulnya
kewajiban kepada media massa untuk membantu khalayak dengan jalan menyodorkan
latar belakang fakta-fakta untuk memudahkan pemahaman.
Ketika terjadi bencana banjir Suingai Bohorok di kabupaten Langkat, Sumatrera
Utara (Sumut_ yang memakan korban 100 jiwa manusia lebih, wartawan bergegas
memburu lokasi kejadian, menghubungi pihak yang berkompeten di Sumut maupun di
pemerintahan pusat di Jakarta untukdimintaiketerangan.
Semua itu dilakukan untuk memberikan penjelasan dan membuat interpretasi yang
dapat dipertanggungjawabkan. jurnalisme abad ini menuntut para wartawan
bekerja lebih keras lagi. Pembaca surat kabar abad ini tidak puas lagi
hanya dengan penyajian fakta-fakta. Mereka menuntut pula latar belakang
kejadian dan bagaimana prospeknya serta seberapa jauh dampak bagi
dirinya.
Perhatikan tiga ciri wawancara berita tersebut: topiknya adalah masalah hangat;
yang diwawancarai adalah pihak-pihak yang umumnya akan diterima oleh khalayak;
penjelasannya bertujuan menyingkap fakta-fakta yang tertutup kabut menjadi
fakta-fakta yang menimbulkan perasaan lega karena dipahami.
4. 2. Proses Wawancara Profil
Pribadi
Wawancara profil pribadi berada di
tengah-tengah antara wawancara berita, yang memerlukan keterangan ahli dan
awwancara kelompok yang membutuhkan pandangan dan sikap sejkumlah responden.
Umumnya wawancara profil pribadi
dilakukan dengan tokoh terkenal atau selebritas. Detail yang sifatnya intim
tentang sosok terkenal itu disajikan kepada pembaca demi kepuasan pembaca yang
selalu menyenangi tokoh terkenal dan ingin mengetahui segala hal
tentang tokoh terkenal tersebut.
Tapi tekanan dalam ketiga wawancara
tersebut tidak sama. Wawancara berita maupun wawancara kelompok berusahja
mencari tahu pendapat narasumber tentang sesuatu masalah atau topik atau
peristiwa. Wawancara profil pribadi berusaha mencari tahu hal-hal seputar
diri narasumber sendiri, terutama hal-hal yang membuat dia bisa menjadi orang
terkenal dan bagaimana kisahnya sampai ia mencapai kedudukan sebagai orang
terkemuka.
Pembaca juga memiliki minat lain
dalam membaca hasil wawancara profil pribadi ini: dalam membaca berita atau
tulisan tentang sosok pribadi terkenal, pembaca biasanya menghubungkan
sifat-sifat dan kisah kehidupan tokoh terkenal atau selebriti tersebut dengan
harapan menemukan sesuatu di dalamnya yang akan membantu dia mencapai
sukses dalam hidupnya sendiri.
Dalam semua teknik pengumpulan
berita, tidak ada teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan siapa dan apa
seseorang itu selain teknik wawancara profil pribadi. Dalam berita hasil
wawancara profil pribadi, seorang wartawan membantu narasumber menunjukkan
orang macam apa dia sebenarnya melalui caranya berbicara, bersikap dan
bertindak.
Dalam wawancara profil pribadi,
tokoh terkenal atau orang yang hanya menarik itu dibiarkan mengatakan dengan
kata-katanya sendiri apa yang disukai atau tidak disukainya,m sikapnya tentang
makanan atau tentang keadaan masyarakat sekarang atau tentang jalannya
pemerintahan, tentang harapan-harapan dan antusiasmenya, tentang kekecewaannya
dan sebagainya. Apa yang dikatakan dan bagaimana sosok ini mengatakannya
membuat khalayak pembaca merasakan seakan-akan sosok ini berhadapan dengan
mereka.
Tulisan berita atau feature hasil
wawancara seperti ini nyata sekali bedanya dengan tulisan sketsa biografi.
Sketsa biografi yang ditulis dengan menjaga jarak dengan narasumber, bertutur
tentang narasumber: di mana dan kapan ia dilahirkan, berapa anaknya, kapan dia
diangkat dalam jabatannya sekarang atau kapan memulai karirnya, dan sebagainya.
Sktsa biografi lebih mirip dengan pola pemberitaan kematian atau dengan
pola tulisan dalam buku “Apa dan Siapa”. Sketsa biografi tidak atau
hampir tidak mengandung kehangatan atau keintiman wawancara, di mana
wartawan yang terampil dapat membuat ucapan-ucapan dan sikap laku narasumber
terasa hidup.
Wawancara sosok pribadi, selain
dapat digunakan untuk mem-profilkan pribadi terkenal, dapat pula
digunakan untuk mem-profilkan sosok “pribadi yang menarik” dan “pribadi yang
tipikal, yang khas”.
Sosok pribadi yang menarik tidak
perlu terkenal mungkin saja ia hanya terkenal di desanya atau kecamatannya.
tapi perjangan hidupnya bisa memberikan inspirasi bagiorang lain.Misalnya,
seorang petani yang dapat menghasilkan 10 ton padi per hektar, jumlah yang
melebihi hasil tertinggi 8 ton padi dalam sehektar.
Contoh lainnya, seorang
penyembuh alternatif yang terbukti dapat menyembuhkan penyakit kanker;
seorang pengerajin rotan yang mampu mempekerjakan para penganggur sekampungnya
karena hasil kerajinan rotannya diekspor ke luar negeri yang memberikan
pendapatan seorang pengusaha besar.
Sosok pribadi yang tipikal atau yang
khas pun sama tidak perlu terkenal, asalkan dia merupakan sosok pribadi yang
berbeda dari sesamanya. Misalnya bisa saja dia seorang tukang tambal ban yang khas
cara menambalnya; seorang anggota satpam yang khas cara menjalankan tugasnya;
seorang tukang becak yang khas karena ia punya hobi memasang bendera semua
partai di becaknya, seorang polwan yang khas, seorang pedagang mie yang khas
karena pembelinya orang-orang bermobil, dan sebagainya.
Dalam menghimpun bahan untuk
menyusun tulisan tentang profil pribadi, Anda harus memastikan untuk memberikan
gambaran yang benar dan seimbang tentang tokoh yang diceritakan, tidak hanya
memusatkan perhatian pada hal-hal yang tidak biasa tentang dia. Para pembaca
ingin mengetahui pula apa yang menjadikan sosok tersebut berhasil dalam
hidupnya, sebab itu diwawancarai pula orang-orang yang dekat dengan dia,
dimintai pendapatnya, bahkan kalau perlu musuh atau pesaingnya juga bisa
dimintai penilaiannya.
Melakukan wawancara untuk profil
pribadi sedikit berlainan tekniknya dengan wawancara untuk berita, terutama
kalau narasumber yang akan diwawancarai merasa dirinya tokoh terkemuka. Selain
itu, tokoh berita biasanya orang-orang sibuk, segala sesuatu yang menghemat
waktunya dianggap menguntungkan, sebab itu Anda sebaiknya mengadakan perjanjian
terlebih dahulu, melakukan persiapan dengan mengumpulkan sebanyak mungkin
informasi sekitar dirinya dan jika ada waktu sempatkan dulu membaca buku-buku
hasil karyanya.
4. 3. Proses Wawancara Kelompok
Wawancara kelompok tidak dilakukan
dengan satu atau dua narasumber saja, tapi dengan banyak narasumber, karena
tujuannya ntuk mendapatkan keterangan dari berbagai sumber. Biasanyatopik yang
menjadi bahan wawancara sedang hangat menjadi perhatian khalayak, seperti
masalah pemilihan presiden, misalnya, sehingga orang-orang yang bisa
berkomentar tentang masalah atau topik tersebut dapat dijumpai hampir di segala
penjuru. Penting untuk Anda perhatikan, dalam wawancara jenis ini, topik yang
menjadi bahan wawancara harus memiliki dampak yang luas. Misalnya, kenaikan
bahan bakar minyak oleh pemerintah bukan saja dampaknya dirasakan oleh
pemilik kendaraan bermotor, tapi juga oleh rakyat yang sehari-hari menggunakan
bahan bakar minyak tanah dan industri yang menggunakan solar sebagai bahan
bakar penggerak mesin di pabrik-pabriknya.
Narasumber yang diwawancarai untuk berita wawancara kelompok ini bukan
orang-orang penting atau orang yang mempunyai otoritas di suatu bidang
keahlian, tetapi orang biasa yang memiliki pandangan atau tanggapan yang
sifatnya khas. Tanggapan mereka jika dijadikan satu akan menunjukkan bagaimana
situasi yang diberitakan mempengaruhi masyarakat. Pendapat salah seorang di
antara mereka, jika diambil sendirian, sudah tentu tidak mempunyai nilai
berita. Di sini nilai itu terletak pada bobot kumulatif dari semua hasil
wawancara yang dijadikan satu. Kadang-kadang tanggapan dari kelompok yang
mewakili warga masyarakat biasa bisa bercerita banyak ketimbang
berlembar-lembar pidato di depan sidang DPR.
Perbedaan antara tanggapan ahli dan warga biasa berlaku juga sebagai unsur yang
membedakan wawancara berita dengan wawancara kelompok.Meskipun sebagian besar
wawancara berita hanya menampilkan kontribusi satu narasumber saja, beberapa di
antaranya mungkin mengambil bahan dari berbagai sumberr. Dalam pemberitaan
tentang kenaikan harga bahan bakar, misalnya, komentar datang dari
pemilik kendaraan bermotor, pengemudi angkutan kota, pemilik pabrik, dan ibu
rumah tangga. Semuanya merupakan sumber berita yang berwenang mengomentari
masalah tersebut menurut kepentingan masing-masing.
5. Wawancara yang Efektif
Upaya meningkatkan diri secara
terus-menerus dalam kemampuan mewawancarai harus senantiasa Anda lakukan,
bahkanhal ini merupakan suatu yang mutlak, jika ingin mencapai jenjang karier
yang baik dalam dunia jurnalistik. Berikut saran agar wawancara Anda efektif
dan produk wawancara Anda lebih baik.
1.
Usahakan agar wawancara berlangsung 30 menit lebih lama dari yang direncanakan,
sehingga dalam waktu yang lebih itu bisa muncul hal yang memperkuat isi
waawancara.
2.
Jangan biarkan narasumber menunggu, datanglah tepat waktu.
3.
Usahakan menyusun dulu peretanyaan dalam buku catatan Anda, untuk berjaga-jaga
jika Anda “mati langkah” dalam bertanya, terutama menyangkut pertanyaan pokok
yang bisa jadi sesuatu yang penting bagi narasumber. Berilah tanda untuk
pertanyaan yang sudah dijawab.
4.
Usahakan posisi duduk tidak berjarak terlampau jauh untuk menciptakan suasan
yang lebih akrab. Jika narasumber adalah seorang eksekutif top sebuah
perusahaan, usahakan wawancara dilakukan di luar kantornya untuk menghindari
gangguan yang bisa merusak suasana. Carilah tempat yang disukainya.
5.
Usahakan Anda selalu membawa alat tulis cadangan, begitu pula buku catatan.
Selain untuk mencegah terjadinya gangguan ketika sedang berwawancara gara-gara
kehabisan tinta atau kehabisan kertas, hal itu juga dimaksudkan untuk
memperlihatkan bahwa Anda seorang profesional. Tulislah hari, tanggal dan jam
serta tempat wawancara. Seandainya sumber berita Anda didampingi oleh
asistennya atau rekannya ketika sedang diwawancarai, catatlah nama dan nomor telepon
orang itu untuk berjaga-jaga kalau suatu saat diperlukan.
6.
Mulailah dengan pertanyaan ringan untuk sekedar pemanasan dan menciptakan rasa
percaya diri sumber berita Anda. Jangan dulu mengeluarkan buku catatan, apalagi
alat perekam. Ciptakan dulu suasana yang menyenangkan. Mintalah izin tidak
keberatan jika wawancara itu direkan dengan alasan agar tidak salah kutip atau
demi akurasi berita.
6. Bentuk Pertanyaan Wawancara yang
Efektif
Setelah langkah awal dilakukan dan
wawancara memasuki tahap mengajukan pertanyaan-pertanyaan, Anda seharusnya
mengetahui bentuk-bentuk pertanyaan yang berbeda untuk mendapatkan jawaban yang
berbeda juga. Berikut ini adalah pertanyaan yang sebaiknya Anda pahami.
Perhatikan tabel berikut.
Tabel
1
BENTUK
PERTANYAAN WAWANCARA YANG EFEKTIF
No.
|
Jenis
Pertanyaan
|
Contoh
Pertanyaan
|
1.
|
Terbuka
|
F “Wah, Bapak rupanya senang
berolahraga. olahraga apa saja yang Bapak lakukan secara rutin?”
|
2.
|
Langsung
|
F “Bapak Walikota,
bagaimana perkembangan tentang masalah anggaran itu, Pak?”
|
3.
|
Tertutup
|
F “Berapa besar yang
dianggarkan untuk perjalanan dinas 2009, Pak?”
|
4.
|
Menyelidik
|
F “Mengapa Bapak
menganggarkan 20% lebih besar untuk perjalanan dinas 2009 depan, Pak?”
|
5.
|
Bi-Polar
|
F “Apakah anggaran itu
diumukan kepada media pada pukul 9 pagi besok, Pak?”
|
6.
|
Cermin
|
F “Jadi, Pak Wali, Anda
mengatakan, para pejabat Anda memang perlu lebih banyak melakukan perjalanan
dinas pada 2009?
|
7.
|
Hipotesis/
Sugestif
|
F “Apakah Bapak pernah
mempertimbangkan untuk mengurangi anggaran perjalanan dinas guna menghemat
pendapatan?”
|
6. 1 Bentuk Pertanyaan Terbuka
Pertanyaan ini diajukan untuk
mencairkan kebekuan dalam awawncara dan tidak dimaksudkan untuk mengorek
keterangan yang berkaitan dengan topik wawancara. Pertanyaan ini membuat sumber
berita terpancing untuk berbicara.
6. 2 Bentuk Pertanyaan Langsung
Ketika pertanyaan berkembang,
pertanyaan dapat menjadi lebih spesifik. Pertanyaan langsung berusaha untuk
menemukan sifat atau keadaan suatu topik. Ini juga termasuk pertanyaan terbuka.
6. 3 Bentuk Pertanyaan Tertutup
Pertanyaan langsung seringkali
mendahului suatu pertanyaan tertutup. Awas! selangkah lagi Anda bisa terjebak
mengajukan pertanyaan interogasi! Anda bukan polisi!
6. 4 Bentuk Pertanyaan Menyelidik
Pertanyaan ini seringkali mengikuti
pertanyaan langsung dan pertanyaan tertutup, bahkan lebih spesifik.
6. 5 Bentuk Pertanyaan Bi-Polar
Pertanyaan ini diajukan untuk
mendapatkan jawaban “ya” atau “tidak” tanpa komentar tambahan.
6. 6 Bentuk Pertanyaan Cermin
Pertanyaan ini diajukan dengan
menegaskan kembali pertanyaan terdahulu dan membuat sumber berita meninjau
ulang secara singkat pernyataan sebelumnya. Jawabannya biasanya menambah
pemahaman wartawan tentang butir-butir permasalahan tertentu.
6. 7 Bentuk Pertanyaan Hipotesis
atau Sugestif
Menjelang berakhirnya wawancara,
Anda bisa bertanya kepada sumber berita untuk berspekulasi tentang suatu topik
atau pokok permasalahan yang sedang hangat. Jika bertanya kepada Walikota
tentang kemungkinan adanya pengurangan anggaran perjalanan dinas dikurangi,
maka Anda dapat mengajukan pertanyaan hipotesis. Ini adalah pertanyaan
hipotesis dalam bentuk sugesti atau saran.
7. Anjuran dan Larangan Dalam
Wawancara
Di samping terampil mengajukan pertanyaan yang efektif, sebagai wartawan Anda
juga harus memperhatikan beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan
dalam wawancara. Perhatikan tabel berikut.
Tabel
2
ANJURAN
DAN LARANGAN DALAM WAWANCARA
No.
|
Anjuran
|
Larangan
|
1.
|
F menulis hal yang penting
saja, menandai hal yang menarik dalam catatan, meminta sumber berita untuk
mengulangi ungkapan yang menarik, dan melengkapi catatan setelah wawancara
|
F menulis setiap kata yang
dikemukakan sumber berita
|
2.
|
F tenang dan punya perhatian
penuh terhadap setiap ucapan sumber berita setelah mengajukan pertanyaan
|
F memperlihatkan sikap
seakan-akan Anda lebih mengetahui
|
3.
|
F cobalah kembalikan
pembicaraan ke pokok masalah, jika sumber berita melompat ke pokok
pembicaraan yang disukainya, tetapi menyimpang dari keinginan Anda
|
F mengorek-ngorek hidung
|
4.
|
F Ingat! Anda adalah
wartawan yang memerlukan bantuan
|
F melihat ke kiri dan ke
kanan
|
5.
|
F ulangi dengan cara lain
pada pertanyaan berikutnya dengan menjelaskan bahwa jawaban itu penting dan
tidak memberatkan narasumber, bahkan sebaliknya, jika sumber berita menolak
menjawab sebuah pertanyaan
|
F sibuk sms atau
menelepon/ menjawab telepon
|
6.
|
F tanyakanlah apakah
narasumber mau menambahkan lagi di akhir wawancara. Hal ini penting untuk
menghindari jika setelah dipublikasikan, dia menilai ada yang kurang. Di
samping itu, bisa saja muncul keterangan yang menarik karena dirasakannya
suasana wawancara cukup menyenangkan dirinya, padahal tadinya mungkin
mencurigakan.
|
|
7.
|
F mintalah kesediannya
menerima telepon jika seandainya ada hal yang terlupa. Mintalah kartu nama
untuk mengetahui ejaan nama yang benar, jabatan dan nomor telepon/ handphone-nya.
Jika tidak ada kartu nama, mintalah narasumber sendiri menuliskan namanya dalam
buku catatan Anda disertai gelar dan jabatan, nomor telepon kantor, telepon
rumah dan telepon genggamnya.
|
8. Keterangan Tambahan Selama
Wawancara
Jika berminat menulis feature
tentang narasumber yang sama, Anda harus menambah beberapa keterangan tambahan
selama melakukan wawancara seperti uraian berikut.
1. Catatlah penampilan
dan sifat-sifat khusus atau tingkah laku yang dengan jelas membedakan dia
dari orang lainnya. Cermatilah dengan seksama.
2. Mintalah nama-nama
dan alamat beberapa teman dekat sumber berita dan jika mungkin juga pesaingnya.
Wawancara singkat melalui telepon dengan orang-orang ini (teman dekat maupun
pesaingnya) mungkin memberikan kedalaman perspektif yang berharga pada hasil
wawancara Anda.
3. Mintalah kepada
sumber berita Anda untuk ikut memberikan pendapat tentang dirinya
sendiri_mungkin kebiasaan atau adat-istiadatnya_yang tidak diketahui publik.
Ini semua akan memberikan pemahaman tambahan tentang kepribadian dan perilaku
sumber berita Anda.
4. Bertanyalah sedalami
mungkin tentang kehidupan keluarga sumber berita, jika perlu lakukan wawancara
dengan pasangan hidupnya, setidaknya melalui telepon untuk menambah pendalaman
tentang pribadi narasumber.
9. Wawancara Sebagai Sebuah Strategi
Anda harus paham, kerja wartawan
mengandalkan ketahanan dan tantangan fisik dan kecerdasan intelektual.
Tantangan selalu saja ada, tidak hanya di saat perang, di saat damai pun
demikian. Wartawan yang meliput peristiwa banjir, gunung meletus, kebakaran,
pemogokan buruh, huru-hara, kriminal dan peristiwa lainnya. Riskannya,
seringkali tidak ada asuransi yang diberikan dari perusahaan. Oleh karenanya,
Anda perlu memasang strategi.
Strategi ini Anda butuhkan dalam peristiwa yang biasanya dialami oleh wartawan
baru di kota kecil. Anda tiba di tempat kejadian tabrakan mobil setelah orang
banyak pergi. Korban sudah dibawa ke rumah sakit dan bekas tabrakan sudah
dibersihkan. Dalam situasi ini wawancaralah yang menyelamatkan Anda!
Keterangan tentang peristiwa
tabrakan dapat Anda himpun dengan mewawancarai beberapa penghuni rumah yang
berdekatan dengan tempat kejadian. Setelah itu Anda dapat mewawancarai polisi
lalu lintas yang bertugas di kawasan tempat kejadian tersebut yang
mungkin mengetahui nama-nama orang yang terlibat.
Jika tidak berhasil menghubungi
polisi lalu lintas bersangkutan, Anda masih dapat menghubungi bengkel terdekat
untuk memeriksa kerusakan yang dialami mobil yang bertabrakan itu. Setelah
berhasil mencatat kerusakannya, Anda juga harus mencatat nomor polisi mobil
tersebut jika pemilik bengkel tidak mengetahui nama-nama pemiliknya.
Anda juga hars menelepon atau
mendatangi kantor polisi atau kantor bersama pengurusan STNK untuk menayakan
pemilik kedua mobil yang Anda catata nomor polisinya tadi. Anda juga harus
menelepon rumah sakit terdekat. dari sumber-sumber inilah Anda berhasil
mengetahui identitas dan tempat keberadaan orang yang terlibat dalam
kecelakaan tadi. Jika ada yang mengetahui korban meninggal, Anda segera
menghubungi rumah sakit yang menampung jenazah korban.
Wawancara ini termasuk kategori
wawancara kelompok. Fakta yang diungkapkan oleh sejumlah narasumber adalah
fakta seputar kejadian tabrakan yang diangkat menjadi berita.
10. Wawancara Jurnalistik Radio dan
Televisi
Banyak mata acara di radio dan
televisi yang berbentuk wawancara, baik pada karya artistik maupun jurnalistik.
Pada mata acara wawancara jurnalistik, topiknya harus yang benar-benar
diperlukan dan diingini oleh sebagian besar khalayak serta benar-benar
bersumber dari masyarakat sendiri.
Dalam wawancara diperlukan seorang
pewawancara yang pada wawancara jurnalistik harus menempatkan diri sebagai
wakil khalayak. Artinya, pertanyaan yang diajukan kepada sumber berita
merupakan pertanyaan yang memancing jawaban mereka. Jawaban ini merupakan
informasi yang bebar-benar diperlukan dan diinginkan khalayak.
Pertanyaan yang diajukan kepada
sumber berita harus mampu memancing jawaban yang dapat mendudukkan masalah
hangat pada porsinya, sehingga setelah mendengar jawaban atau pendapat sumber
berita, ketidakpastian di tengah masyarakat menjadi berkurang atau hilang sama
sekali.
Jika topik bahasan menyangkut banyak
aspek, masing-masing aspek tersebut harus terwakili oleh sumber berita yang
relevan, sehingga jalannya wawancara berimbang.
Wawancara jurnalistik yang baik
11. Menghadapi Penolakan Sumber
Berita
Hal mengecewakan yang bakal Anda
alami sebagai wartawan adalah penolakan oleh sumber berita yang hendak
diwawancarai. Penolakan ini mungkin karena sumber berita tidak ingin menjadi
saksi suatu peristiwa yang menyebabkan ia dipanggil ke kantor polisi atau ke
pengadilan, atau mungkin juga karena takut mendapat teguran dari atasannya jika
ia seorang pejabat atau karyawan, dan sebagainya.
Anda harus ingat, kewajiban wartawan di jagad raya ini sama: menemukan
fakta yang harus diberitakan demi kepentingan umum! Dalam situasi seperti tadi,
Anda tidak boleh menyerah. Anda harus yakin, jika seseorang secara sengaja
menghindari wartawan dengan tidak menjawab telepon, menutup telepon, atau main
petak umpet dengan wartawan, sesungguhnya orang tersebut akan rugi sendiri,
karena sebagai wartawan, Anda juga diwajibkan memasukkan dalam berita Anda
bahwa sumber berita menolak diwawancarai atau menolak berbicara. Selanjutnya,
pembaca akan menarik kesimpulan sendiri tentang sebab-sebab penolakan tersebut.
Oleh sebab itu, Anda harus memberi tahu juga kepada sumber berita bahwa
penolakannya itu juga akan Anda beritakan. Pemberitahuan demikian biasanya akan
mengurungkan niat sumber berita untuk tetap bungkam.
Sumber berita terkadang melakukan penolakan karena takut pernyataannya
ditangkap atau dikutip secara keliru seperti yang ia baca dan saksikan di media
massa. Untuk menghadapi hal ini, Anda harus memperlihatkan sikap yang
menesankan kepercayaan pihak sumber berita. Cara melakukan pendekatan pun
sangat menentukan dalam membuat sumber berita berbicara.
Katakanlah kepada sumber berita bahwa tujuan mewawancarai dia didasari itikad
baik dan niat mencari keterangan secara akurat dan berimbang. Jika Anda
berhasil meyakinkannya, maka sumber berita tersebut akan berterima kasih
karena akhirnya ia dapat berbicara kepada seseorang yang menaruh simpati
terhadapnya dan memberikan kesempatan kepadanya untuk berbicara menurut
versinya sendiri tanpa menjelaskan fakta yang sebenarnya.
Perilaku yang suka menggertak dan membual sering ditemui wartawan di lapangan.
Beruntung jika Anda memiliki sedikit informasi yang tidak diharapkan oleh
sumber berita tersebut. Dengan memasukkan informasi ini secara cerdik ke dalam
wawancara, Anda dapat membendung nafsu sumber berita untuk menggertak dan
membual. Namun sebaliknya, jika Anda tidak memiliki penghetahuan untuk
menggertak sumber berita, Anda akan membuka front melawan pernyataan dengan
pernyataan. Selamat bertugas!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar